KOTA PALOPO IRWAN SEHAT

PESAWAT ANDA

Cari Penawaran Terbaik di Sini
Rancang Perjalananmu di Sini
Info Promosi Travel
Ketemu lagi...hehe,SELAMAT DATANG DI BERANDA website YANG SEDERHANA INI...TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA ,JANGAN LUPA KOMENTARNYA Yaaa... by@IRWANTO

Minggu, 06 Maret 2011

LOGO KOTA PALOPO


LAMBANG
KOTA PALOPO Arti Lambang Kota Palopo
( Perda No. 10. Tahun 2003)  


Makna Gambar
  1. Bintang Lima, melambangkan Ketuhana Yang Maha Esa
  2. Payung Berwarna Merah, adalah Pajung Pero'E atau Pajung MaejaE sebagai salah satu atribut lambing kekusaan politik Pajung Luwu atau Raja Luwu, yang melambangkan kekusaan Politik Pajung Luwu atau Raja Luwu.
  3. Bessi PakkaE atau Sulengkah Kati, merupakan lambang kekusaan politik Pajung Luwu atau Raja Luwu, yang melambangkan kesejajaran atau kesetaraan hak dari seluruh lapisan masyarakat Kota Palopo. Bessi PakkaE ini juga adalah inspirator Pajung / Raja dalam menjalankan pemerintahannya secara adil, jujur, benar dan teguh dalam pendirian (“adele', lempu', tongeng dan getting”).
  4. Masjid Jami', adlah symbol perubahan (transformasi), rekonsiliasi sosial dan sekaligus lembang inofasi atau pembaruan konstitusi dan organisasi pemerintahan kerajaan luwu.
  5. Sayap burung langkah kuajang yang terbentang, adalah symbol semangat dan kesiapan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah untuk membangun kota Palopo.
  6. Padi dan kapas, adalah symbol kesejahteraan.
  7. Roda adalah symbol pembagunan kota Palopo yang dinamis.
  8. Tulisan huruf lontara “ware” , adalah symbol pusat pemerintahan kerajaan luwu.
Makna Sandi
  • Pajung maejae
  • 21 rumbai pada 1 (satu) payung menggambarkan tanggal dan bulan jadi tanah luwu (21 januari ).
  • Pernik diatas payung terdiri dari, bagian atas 1 (satu) buah , tengah 2 (dua) buah, bawah 6( enam) buah, dan 8 (delapan) buah payung menggambarkan tahun kelahiran tanha luwu (1268).
  • Bessi PakkaE
  • 3 (tiga) buahgaris hitam pada bessi pakkaE melambangkan wilayah 3 (tiga) kerajaan “palili” (anak telluE): baebunta, bua, dan ponrang.
  • 12 ( dua belas) ruas pada tiang / kayu bessi pakkaE adalah gambaran 12 (dua belas) anak suku tanah luwu.
  • Sayap burung
  • Jumlah bulu pada sayap terdiri atas 21 (dua puluh satu) helai yang melambangkan tanggal jadi kota Palopo ( tanggal 21).
  • 2 (dua) buah sayap, kiri dan kanan adalah gambaran tahun jadi kota Palopo ( tahun 2002).
  • Jumlah jendela pada mesjid jami' sebanyak 6 (enam) buah melambangkan bulan jadi kota Palopo (bulan juni).
  • Padi dan Kapas masing-masing berjumlah 11 (sebelas) melambangkan undang-undang nomor 11 tahun 2002 tentang pembentukan kabupaten Mamasa dan kota Palopo di propinsi Sulawesi Selatan.
  • Roda dengan 7 (tujuh) gerigi melambangkan 7 (tujuh) strategi utama yang menjadi arah kebijakan pembangunan kota Palopo, yakni menjadikan kota Palopo sebagai kota Tujuh Dimensi ( Kota Religi, pendidikan, olahraga, adat / budaya, dagang, industri dan pariwisata).
  • Perisai berisi 5 ( lima ), dimaksudkan sebagai suatu Negara kesatuan yang berasaskan pancasila.
Makna Warna
  • Hijau
warna asli luwu yang menggambarkan kesuburan sekaligus dapat mencerminkan keindahan, kenyamanan dan kedamaian kota Palopo ( idaman).
  • Kuning
Warna yang mencerminkan kemuliaan, keagungan dan keberhasilan.
  • Merah
Warna tertinggi di luwu yang dapat menggambarkan ketegasan dan kerelaan berkorban.
  • Putih
Warna kesucian, keikhlasan dan perdamaian.
  • Hitam
Warna yang mencerminkan kekuatan

SEKILAS KOTA PALOPO
Dipasang: Thursday 13 August 2009 - 
Category: Jurnal
Menapaki perjalanan panjang yang cukup melelahkan, dengan jarak tempuh sekitar 362 Km dari Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan , bukanlah hal sia-sia untuk menikmati keramahan khas sebuah kota yang menampakkan citranya melalui bentuk Kota Tujuh Dimensi yang terletak diujung Propinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 247,52 km2 , yang berbatasan dengan Kabupaten Luwu dibagian Selatan dan Utara, Kabupaten Tanah Toraja dibagian Barat dan Teluk Bone dibagian Timur.
Aroma khas pegunungan, hawa pesisir pantai dari teluk yang terbentang, serta pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam, merupakan kesan tersendiri dari sekian banyak catatan perjalanan panjang di Kota Idaman yang menamakan dirinya Kota Palopo.
Diawal jumpa, dari arah selatan Kota Palopo terusan Kota Makassar, nuansa sejuk yang dibaluti rindangnya pepohonan dari Bukit Sampoddo seakan menyambut dengan sapaan selamat datang, bagi siapa saja yang memasuki Kota Palopo.
Begitu pula dari arah barat gerbang batas wilayah Kota Palopo yang menghubungkan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja, balutan kabut tebal di kala pagi dan senja hari, menjadi sajian khas kelokan jalan pegunungan menuju titik Kota Palopo.
Dari arah utara, sebuah jembatan panjang yang diberi nama Jembatan Miring, bakal menandai kedatangan kita di keramahan Kota Idaman. Sementara di bagian timur hamparan pesisir pantai Teluk Bone, dengan khasana khas kehidupan masyarakat pesisirnya menjadi pemandangan awal tatkala kita menginjakkan kaki di Pelabuhan Tanjung Ringgit sebagai pintu gerbang pelabuhan Kota Palopo. ( AR)

Asal Mula Nama Kota Palopo

Kota Palopo sebelumnya bernama Ware. Ware pada zaman kerajaan Luwu berarti ibukota kerajaan. Pada mulanya ibukota kerajaan Luwu berada di Pattimang, namun mengingat posisi Palopo yang sangat strategis, maka Datu' Pattiware (kalau tidak salah) mulai melirik Ware yang letaknya di pinggir laut sehingga memudahkan dalam hal perdagangan dan hubungan ke luar dari kerajaan.


Sekitar abad ke-15 ibukota kerajaan mulai dipindahkan ke Ware (Palopo). Dengan pemindahan ibukota tersebut, kerajaan pun mulai berbenah. Istana Langkanae mulai didirikan (istana yang sebenarnya sudah hancur dan replikanya bisa kita lihat di samping istana buatan Belanda, tepatnya di depan patung badik) beserta masjid Jami' (karena sebelumnya Datu' dan Luwu telah menganut Islam) dan juga pasar.

Pada saat pembangunan masjid Jami' inilah asal mula nama Palopo mulai digunakan. Ada beberapa versi yang menyebutkan asal mula nama Palopo. Ada yang mengatakan berasal dari panganan khas Luwu, yaitu palopo, berupa ketan yang dibuat lingkaran lalu dicampur air gula merah (saya juga kurang tahu pasti, soalnya sudah jarang lihat). Ada juga yang menyebutkan nama Palopo berasal dari peristiwa penancapan tiang uatam masjid Jami' ketika proses pembangunan (ini versi yang cukup terkenal). Ketika itu, masyarakat mulai berduyun-duyun melakukan proses penancapan tiang dari kayu Cina Guri. Waktu masyarakat mulai menancapkan tiang, masyarakat pun berteriak "pallopo' ni" yang arti secara bebasnya "tancapkan".

Dari situlah nama Palopo mulai digunakan sampai sekarang. Dan kita pun bangga dengan nama itu!


Disadur dari berbagai sumber, kalau ada yang salah mohon ditambahkan.
Wassalam

SEKILAS KOTA PALOPO
Menapaki perjalanan panjang yang cukup melelahkan, dengan jarak tempuh sekitar 362 Km dari Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan , bukanlah hal sia-sia untuk menikmati keramahan khas sebuah kota yang menampakkan citranya melalui bentuk Kota Tujuh Dimensi yang terletak diujung Propinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 247,52 km2 , yang berbatasan dengan Kabupaten Luwu dibagian Selatan dan Utara, Kabupaten Tanah Toraja dibagian Barat dan Teluk Bone dibagian Timur.
Aroma khas pegunungan, hawa pesisir pantai dari teluk yang terbentang, serta pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam, merupakan kesan tersendiri dari sekian banyak catatan perjalanan panjang di Kota Idaman yang menamakan dirinya Kota Palopo.
Diawal jumpa, dari arah selatan Kota Palopo terusan Kota Makassar, nuansa sejuk yang dibaluti rindangnya pepohonan dari Bukit Sampoddo seakan menyambut dengan sapaan selamat datang, bagi siapa saja yang memasuki Kota Palopo.
Begitu pula dari arah barat gerbang batas wilayah Kota Palopo yang menghubungkan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja, balutan kabut tebal di kala pagi dan senja hari, menjadi sajian khas kelokan jalan pegunungan menuju titik Kota Palopo.
Dari arah utara, sebuah jembatan panjang yang diberi nama Jembatan Miring, bakal menandai kedatangan kita di keramahan Kota Idaman. Sementara di bagian timur hamparan pesisir pantai Teluk Bone, dengan khasana khas kehidupan masyarakat pesisirnya menjadi pemandangan awal tatkala kita menginjakkan kaki di Pelabuhan Tanjung Ringgit sebagai pintu gerbang pelabuhan Kota Palopo. ( AR)

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA KRITIK DAN SARANNYA

 
Design by Website | websitezed by Irwanto in Palopo City - Premium website Themes | cheap international calls