KOTA PALOPO IRWAN SEHAT

PESAWAT ANDA

Cari Penawaran Terbaik di Sini
Rancang Perjalananmu di Sini
Info Promosi Travel
Ketemu lagi...hehe,SELAMAT DATANG DI BERANDA website YANG SEDERHANA INI...TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA ,JANGAN LUPA KOMENTARNYA Yaaa... by@IRWANTO

Minggu, 25 September 2011

Kolaborasi Herbal dan Kemoterapi



Kanker

Kolaborasi Herbal dan Kemoterapi

shutterstock
Banyak ahli bedah tumor beranggapan kombinasi terapi alami dengan terapi baku konvensional dalam memerangi kanker tidak memiliki peran sama sekali, bahkan berpotensi memengaruhi kinerja obat antikanker, buntutnya output yang memburuk.

Anggapan tersebut rasional terkait menjamurnya pengobatan alternatif berbasis herbal tanpa melalui uji klinis yang ilmiah. Maraknya produk herbal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan potensi terapinya dan efek samping yang ditimbulkan tidak berarti semua produk alami mubazir. Sesungguhnya banyak tanaman yang menyimpan potensi terapeutik yang luar biasa bila digali melalui penelitian ilmiah.

Sebut saja flavonoid—pemberi pigmen tumbuh-tumbuhan—yang terkandung luas dalam tumbuhan dan buah-buahan. Flavonoid juga protektor terhadap serangan mikroba dan serangga. Penyebaran flavonoid yang luas, varietas, serta toksisitas yang rendah menandakan kita dapat mengonsumsi flavonoid dalam jumlah besar tanpa khawatir berdampak buruk terhadap kesehatan.

Flavonoid memiliki peran besar dalam tubuh kita sebagai modifikator respons alami biologis. Banyak penelitian membuktikan peran flavonoid untuk memodifikasi reaksi tubuh pada penyakit. Flavonoid dapat menekan inflamasi (radang), mengontrol kadar gula darah, memperbaiki respons imun, melawan kanker, dan proteksi terhadap penyakit jantung.

Kadar dan tipe flavonoid bervariasi dalam tiap jenis tumbuhan. Kombinasi dan kuantitas flavonoid yang beragam dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.

Dengan penelitian ilmiah, kita bisa memahami dan mendapat informasi mekanisme untuk memodifikasi sinyal seluler dan metabolisme, memahami dosis serta kombinasi terapi terbaik untuk pengobatan tertentu.

Inflamasi

Kanker merupakan penyakit inflamasi. Ketika tubuh memproduksi keradangan sebagai reaksi terhadap luka atau infeksi, akan diproduksi substrat yang juga dapat memengaruhi tumbuhnya kanker.

Bila terjadi radang kronis seperti ulkus yang disebabkan bakteri dalam perut, konsekuensinya tidak hanya memicu terjadinya kanker, tetapi sekaligus memicu pertumbuhannya.

Flavonoid berperan dalam memerangi kanker sebagai: antiinflamasi (antiradang), antikanker, dengan merangsang apoptosis (program kematian sel), antimetastasis (antipenyebaran kanker), antiangiogenesis (antipertumbuhan pembuluh darah baru), meningkatkan kerja kemoterapi, dan menurunkan toksisitas kemoterapi

Dengan kemoterapi, angka kesembuhan kanker solid (padat) seperti kanker payudara, ovarium, ginjal, prostat, tulang, dan otak pada orang dewasa 2,3 persen. Rendahnya angka itu memicu resistensi terhadap obat-obat kemoterapi (multi-drug resistance). Membran transpor protein ABCG2/BCRP1 menurunkan konsentrasi kemoterapi intraseluler seperti ironotecan dan doxorubicin.

Protein ABCG2 ditemukan dalam jumlah besar dalam stem sel kanker. Protein itu memicu sel kanker stem sel untuk memulai pertumbuhan tumor pascakemoterapi. Substrat yang menghambat ABCG2 meningkatkan kemosensitivitas sel kanker stem sel terhadap kemoterapi serta memperbaiki respons.

Berbagai jenis flavonoid menghambat ABCG2. Kolaborasi ragam flavonoid seperti apigenin, luteolin, quercetin, genistein, dan kaempferol menghambat pertumbuhan sel kanker pada kanker ovarium pada suatu studi in vitro (angka kesembuhan 80 persen). Flavonoid berpotensi menghambat VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)—faktor pemicu angiogenesis (tumbuhnya pembuluh darah baru pada kanker). Teh hijau berpotensi menghambat MMP2 (Matrix Metalloprotein 2) dan MMP9 (Matrix Metalloprotein 9).

Untuk memperoleh capaian terapi lebih baik, kombinasi flavonoid, ekstrak murni teh hijau, dan kemoterapi menjadi pilihan yang dapat dicoba. Kombinasi terapi alami dan kemoterapi memberikan hasil lebih baik karena bekerja di jalur yang berbeda sehingga dapat membunuh sekaligus tak memberi peluang tumbuh kembalinya sel kanker.

Kemoterapi dapat membunuh sel kanker, tetapi tidak berdaya terhadap terjadinya kekebalan terhadap obat, juga tidak berpotensi mencegah penyebaran kanker ke organ lain, termasuk pertumbuhan pembuluh darah baru sebagai pemasok makanan bagi pertumbuhan sel kanker.

Untuk mendongkrak angka kesembuhan, pilihan terapi sebisanya berbasis pada pengobatan yang menekan pertumbuhan pembuluh darah baru (angiogenesis), mitosis (pembelahan sel), dan penyebaran ke organ lain (metastasis).

OSSYRIS ABU BAKAR Bekerja sama dengan Resort to Health Medical Clinic Perth
Sumber :
Kompas Cetak

Begini Cara Sel Kanker "Gerogoti" Tubuh





Shutterstock
Ilustrasi sel kanker
TERKAIT:

PENNSYLVANIA, KOMPAS.com - Para Ilmuwan di Amerika Serikat menyusun sebuah teori baru mengenai bagaimana sel kanker dapat berkembang biak dan bertahan dalam jaringan tubuh.

Temuan ini dapat membantu para ahli kanker di dunia dalam menyusun diagnosa serta terapi baru untuk menyasar pasien-pasien berisiko tinggi.

Adalah tim peneliti dari Kimmel Cancer Center di  Universitas Thomas Jefferson Pennsylvania, yang berjasa membuat teori baru ini didasarkan pada hasil empat penelitian.

Teori ini juga dapat menjelaskan mengapa begitu banyak pasien kanker merasa tubuh mereka seperti  'digerogoti' secara perlahan. Padahal. ini sebelumnya tidak pernah dapat dimengerti oleh para ahli.

Empat teori baru ini menyodorkan bukti bahwa pertumbuhan sel tumor dan proses metastasis sebenarnya "dipicu" secara langsung atau didukung oleh sel-sel normal. Sel-sel normal dinamakan fibroblasts yang membuat sel kanker bertahan, dan mereka menghasilkan  stroma (jaringan penghubung) yang membungkus sel tumor.

Ketika sel kanker berkembang, jumlah sel stromal ini meningkat dan mereka seperti menggerogoti dirinya untuk menyediakan nutrien daur ulang kepada sel-sel tumor. Inilah yang mengakibatkan pasien kanker kerap kehilangan bobotnya secara signifikan.

Para ahli juga juga menemukan, tanpa nutrien daur-ulang yang disediakan oleh fibroblasts, sel-sel tumor menjadi lebih rapuh dan mudah mati.

Berdasarkan temuan penting ini, para ahli menilai obat-obat kanker yang sifatnya mengganggu hubungan parasit antara sel tumor dan fibroblasts, mungkin efektif dalam terapi.

"Kami kira rahasia bagaimana cara sel kanker berkembang telah terungkap. Ini  membalikkan 85 tahun dogma melampaui riset dan terapi kanker saat ini,"  ungkap Michael P. Lisanti, M.D., Ph.D., peneliti senior dan direktur Jefferson's Department of Stem Cell Biology & Regenerative Medicine.

Mereka menyebut penemuan ini sebagai  The Reverse Warburg Effect.  Penelitian ini juga dipublikasikan dalam journal Cell Cycle edisi September.

"Ini sungguh hebat. Banyak hal yang kita tahu soal kanker berlawanan sebab studi tentang kanker kebanyakan menggunakan sel tumor yang diisolasi. Sekarang kami menempatkan sel-sel kanker kembali dalam lingkungan stromal  Kami melihat bagaimana sel kanker secara kritis tergantung pada fibroblasts demi kelangsungan hidup mereka," ungkap Dr. Lisanti.
Sumber :
Times of India

 
Design by Website | websitezed by Irwanto in Palopo City - Premium website Themes | cheap international calls